Obama Ingin Rangkul Dunia Islam, Seriuskah?

http://www.jakartapress.com/demo/news/images/3950/Obama-Ingin-Rangkul-Dunia-Islam-Seriuskah.jpg 

SEBENARNYA pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Husein Obama dalam suatu wawancara dengan salah satu stasiun televisi Arab yang menyatakan Amerika Serikat bukanlah musuh Islam, dan dia juga menyatakan negaranya siap menjalin hubungan yang lebih mesra dengan kalangan Muslim dunia sudah diduga banyak orang. Obama yang dikenal pandai berpidato dan berotarika pastilah akan mengucapkan pidato seperti itu mengingat dunia Islam saat ini tengah meradang akibat kekejian Israel terhadap warga muslim di Gaza, Palestina. Pertanyaan dan persoalannya adalah apakah janji atau ucapan Obama itu sungguh-sungguh, ataukah hanya sekadar pemanis bibir agar citra dirinya tetap mencorong sebagaimana yang diinginkannya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya kita ikuti sepak terjang Obama belakangan ini, paling tidak setelah dia secara resmi menjadi Presiden AS menggantikan George Walker Bush yang kerap dituding sebagai kepala negara adikuasa yang haus darah. Sebelum dilantik jadi Presiden Amerika Serikat, Obama dalam kampanyenya pernah menjanjikan bahwa dia akan segera menutup penjara untuk para teroris di Teluk Guantanamo, Kuba begitu dirinya jadi presiden. Karena Obama menilai, penjara tersebut sebagai lambang kekerasan dan dia tidak ingin lambang itu melekat kepada AS, negara yang sekarang dipimpinnya. Janji itu pun belum lama ini dipenuhi, penjara Guantanamo ditutup dan para tahanan dikembalikan ke negara masing-masing.

Di samping Obama meniupkan angin segar kepada dunia Islam dengan penutupan penjara Guantanamo, Obama juga dianggap masih menyimpan bara yang membuat sebagian kalangan Islam tetap curiga kepadanya. Ini terutama akibat pidatonya yang mendukung Israel. Seperti kita ketahui, usai pelantikan, Obama menyampaikan pidato yang isinya antara lain dirinya menyatakan mendukung langkah Israel menjadikan Yerusalem sebagai ibukota negara Yahudi tersebut. Padahal kita tahu, sebagian besar umat Islam dunia menghendaki agar Kota Yerusalem tetap menjadi kawasan netral. Karena di tempat itu ada tempat suci yang menjadi milik bersama, yakni Yahudi, Kristen (Katholik) dan Islam. Tidak dapat dibayangkan, jika kelak kota itu dikuasai penuh dan menjadi ibukota Israel. Dapatkah umat Islam dengan leluasa berziarah ke tempat tersebut?

Hal lain yang juga menjadi catatan tebal umat Islam, terutama dari kelompok yang selama ini dianggap kelompok garis keras adalah soal pernyataan Obama terhadap Hamas maupun perlawanan pejuang Islam di Afghanistan. Obama dengan lantang mengatakan, dia tidak akan pernah mau berunding dengan Hamas, kelompok perlawanan terhadap Israel di Gaza, Palestina. Maka ketika Obama kemudian membuat pernyataan yang dianggap bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya, seperti statemennya dalam wawancara di televisi Arab yang menyebutkan dia ingin bermitra dengan umat Islam dunia. Dia juga mengklaim tidak asing dengan umat Islam karena pernah tinggal di negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia (Indonesia). Bahkan ada keluarganya yang memeluk Islam. Kita jadi pantas bertanya, manakah yang dianggap benar atau serius dari semua pernyataan Obama tersebut?
Keraguan semacam itu kita anggap sangat wajar karena pengalaman selama ini, di mana AS sering terlibat dalam setiap pergolakan yang terjadi di negara-negara Islam, misalnya Somalia. Karena itu, tidak heran jika Paman Sam kerap dituding  sebagai negara yang dinilai kurang bersahabat dan sering merugikan kepentingan dunia Islam. Maka juga wajar, jika pernyataan Obama dianggap sebagai omongan tidak serius. Benarkah begitu?

Lepas benar atau tidaknya, juga serius atau tidaknya pernyataan Obama yang menyatakan dirinya ingin menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia Islam, sebaiknya jika kita cermati beberapa catatan menarik tentang negara adidaya tersebut. Seperti kita ketahui, belakangan ini negara adidaya itu dilanda krisis yang menurut para pengamat ekonomi dunia tidak akan terselesaikan dalam empat tahun pemerintahan Obama yang pertama. Kepercayaan dunia pun runtuh akibat kebijakan presiden terdahulu (Bush) yang kerap mengumbar nafsunya dengan menciptakan dan mengobarkan perang dimana-mana. Dalam kondisi seperti ini, Obama sangat sadar akan diri dan posisinya sebagai presiden. Meskipun AS  adalah negara besar, namun apalah artinya negara hebat jika tidak mendapat dukungan dunia internasional.

Juga meskipun sekarang Obama didukung kalangan pengusaha dalam merecovery ekonomi negaranya, tetapi jika tidak lagi mendapat kepercayaan dunia internasional, sia-sialah segala macam usahanya tersebut. Dan dunia Islam adalah bagian terbesar dari dunia internasional itu. Maka sangat bodoh jika Obama tidak merangkul Islam sebagai bagian yang sangat vital guna membangun Amerika Serikat yang lebih kuat dari sekarang. Dengan tolok ukur dan sudut pandang demikian, kita anggap bahwa pernyataan Obama dapat saja serius. Sekarang hanya tinggal dunia Islam sendiri, apakah dapat melihat manfaat dan peluang ini atau tidak. Kemudian mampu memanfaatkan momentum ini sebaik-baiknya atau tidak. Jika tidak, maka benar-benar bodohlah kita.